Cursor

Minggu, 12 Mei 2013

Makalah Kajian Kurikulum

JENIS DAN MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM


Disusun untuk memenuhi Tugas Kajian Kurikulum
Dosen Pengampu : Asri Arinilasari, S.Pd.



Disusun oleh :
1.      Sumarsih                                        (A220100163).
2.      Indah Yuniawati Ningsih                (A220100164).
3.      Sakin Arifah                                   (A220100165).
4.      Wanda Himawan                            (A220100183).





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGENEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
A.     Latar Belakang Pengembangan Kurikulum
Dalam hubungan ini banyak  istilah yang sering dipergunakan untuk menyatakan percobaan suatu kurikulum seperti pembinaan, pembaharuan, perencanaan atau desain kurikulum. Konsep-konsep ini mengandung pengertian, kegiatan yang bersamaan namun titik beratnya, sifatnya berbeda. Pembinaan kurikulum yang menyatakan kurikulum yang ada masih dipertahankan namun perlu ditingkatkan kualitasnya. Pembaharuan kurikulum menunjukan percobaan yang mendasar, mungkin mengganti kurikulum yang lama. Namun dalam setiap pembaharuan atau pergantiian selalu diperhitungkan, dipertimbangkan unsure kurikulum yang lama, sehingga tetap ada kesinambungan. Perencanaan kurikulum ataupun disain kurikulum menunjukan suatu langkah awal dalam suatu kontruksi kurikulum. Suatu disain merupakan suatu proses berencana untuk menetapkan alat, teknik, prosedur dan unsur-unsur yang berhubungan dengan tujuan. Disini dapat dijelaskan megenai Pengembanan kurikulum merupakan bagian yang esensial dari pada program pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukanlah semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum juga menyangkut banyak factor, mempertimbangkan isu-isu mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan, bagaimana prosesnya, apa tujuanya, kepada siapa kurikulum itu ditujukan.

B.     Jenis-Jenis Kurikulum
1.    Separated subject curiculum
Kurikulumnya dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah–pisah yang kurang mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran lainnya. Anak didik harus menguasai bahan ditiap-tiap model yang telah ditentukan secara logis, sistematis, dan mendalam( Soetopo & Soemanto, 1993:78)
2.    Correlated curiculum
Mata pelajaran di hubungkan adalah yang satu dengan yang lain sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas.                                                                                                             
Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi yang lain. Jadi di sini mata pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya, ditempuh dengan cara-cara korelasi antara lain:
a.       Korelasi okasional atau incidental, yaitu korelasi yang diadakan sewaktu-waktu bila ada hubungannya.
b.      Korelasi etis, yaitu yang bertujuan mendidik budi pekerti sebagai pusat pelajaran diambil pendidikan agama atau budi pekerti.
c.       Korelasi sistematis, yaitu yang mana korelasi ini disusun oleh guru sendiri.
d.      Korelasi informal, yang mana kurikulum ini dapat berjalan dengan cara antara beberapa guru saling bekerja sama, saling meminta untuk mengkorelasikan antara mata pelajaran yang dipegang guru A dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru B.
e.       Korelasi formal, yaitu kurikulum ini sebenarnya telah direncanakan oleh guru atau tim secarabersama-sama.
f.        Korelasi meluas (broad field), di mana korelasi ini sebenarnya merupakan fungsi dari beberapa bidang studi yang memiliki ciri khas yang sama dipadukan menjadi satu bidang studi.
3.    Broadfields curiculum
Broad fields (kurikulum fusi) menghapuskan batas-batas dan menyatukan mata pelajaran   (subject matter) yang berhubungan erat. Keunggulan broad fields menurut Soetopo dan Soemanto adalah adanya kombinasi mata pelajaran sehingga manfaatnya akan dirasakan dan memungkinkan adanya mata pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar serta generasi. Kelemahan broad fields menurut Soetopo dan Soemanto adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, dan kurang logis dari suatu mata pelajaran.

4.    Integrated Curriculum.
Integrated Curriculum di sini maksudnya beberapa mata pelajaran dijadikan satu atau dipadukan. Dengan meniadakan batas-batas mata pelajaran dan bahan pelajaran yang disajikan berupa unit atau keseluruhan.
a.    Merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran.
b.   Mempunyai ciri yang sangat fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik.
c.    Mementingkan aspek-aspek psikologi yang berpengaruh terhadap integrasi pribadi individu dan lingkuyngan.

Menurut Soetopo dan Soemanto Integrated curiculum dibedakan menjadi 3:
a.    The child centered curriculum
b.   The social functions curriculum
c.    The experience curriculum
Integrated curriculum ada 2 tambahan lagi :
a.    Development activity curriculum
b.   Core curriculum.

C.     Model – Model Pengembangan Kurikulum.
1.      The Administration Model
Diberi nama model administrative atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator  pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan (apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-anggota komisi atau tim ini terdiri atas,penjabat dibawahnya,para ahli pendidikan,ahli kurikulum,ahli disiplin ilmu,dan para tokoh dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi dalam pengembangan kurikulum.
2.      The groas roots models
Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tapi dari bawah yaitu guru-guru atau sekolah. Model gress roats akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi, model ini mempunyai pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan juga penyempurna dari pengajaran di kelas. Dialah yang paling kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
3.      Beauchamp’s system
Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan empat hal di dalam pengembangan suatu kurikulum yaitu :
a.       Menetapkan arena dan ruang lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan,kabupaten, provinsi ataupun seluruh negara.
b.      Menetapkan personalia yaitu, siapa-siapa yang turut terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan krikulum, yaitu :
1)      Para ahli pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat pengembangan dan para ahli bidang ilmu dari luar.
2)      Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih.
3)      Para profesional dalam sistem pendidikan.
4)      Profesional lain dan para tooh-tokoh masyarakat.
c.       Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan dalam tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi kesuluruhan kegiatan ini dalam lima langkah yaitu:
1)      Membentuk tim pengembang kurikulum.
2)      Mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada  yang sedang digunakan.
3)      Studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru,
4)      Merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.
5)      Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
d.      Implementasi kurikulum
Langkah ini merupakan langkah mengimlpementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana,sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru,siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
e.       Evaluasi kurikulum.
Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu :
1)      Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru.
2)      Evaluasi desain kurikulum.
3)      Evaluasi hasilbelajar siswa.
4)      Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
4.      The demonstration model
Model ini pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah, Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum.Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikuum yang ada, pengembangan kurikulm sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.

5.      Taba’s interverted model
Langkah pengembangan kurikulum model Taba yaitu mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru, menguji unit eksperimen, mengadakan revisi dan konsolidasi, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum, implementasi dan disemenasi. Dari penjelasan langkah pengembangan kurikulum model taba diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.       Mengadakan unit-unit exsperimen bersama guru-guru.
Didalam unit eksperimen ini diadakan study yang saksama tentang hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen didalam kelsa menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan. Ada delapan langkah dalam kegiatan unit dalam eksperimen ini:
1)      Mendiagnosis kebutuhan.
2)      Merumuskan tujuan-tujuan khusus.
3)      Memilih isi.
4)      Mengorganisasi isi.
5)      Memilih pengalaman belajar.
6)      Mengevaluasi.
7)      Melihat sekuens dan keseimbangan.
b.      Menguji unit eksperimen
Mekipun unit eksperimen ini telah diuji dalm pelaksanaan dikelas eksperimen, tetapi harus masih diuji dikelas-kelas atau tempat lain untuk mengetahui validitas dan kepraktisanya, serta menghimpun data bagi penyempurnaan.
c.       Mengadakan revisi dan konsolidasi
Dari langkah pengujian diperoleh data, data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaiakan dan penyempurnaan. Selain perbaiakan dan penyempurnaan diadakan juga kegiatan konsilidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang lebih bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu dilakukan, sebab meskipun suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada sesuatu sekolahbelum tentu demikian juga pada sekolah lainnya. Untuk menguji keberlakuanya pada daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.
d.      Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Kegiatan itu dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk  dan sesuai.
e.       Implementasi dan diseminasi.
Menerapkan kurikulum baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Didalam langkah ini masalah dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan tetapi dihadapi baik berkenaan dengan kesiapan guru-guru, fasilitas, alat dan bahan juga biaya.
6.       Roger’s interpersonal relations model
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing). Yang sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan - hambatan untuk mebantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak. Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers :
1)        Pemilihan  target dari sistem pendidikan.
Didalam penentuan target ini satu-satunya criteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif.
2)      Partisapasi  guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
Sama seperti yang dilakukan para penjabat pendidikaan, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok. Keikutsertataan guru dalam kelompok tersebut sebaiknya besikap sukarela, lama kegiatan kalau bias satu minggu lebih baik, tetapi dapat juga kurang dari satu minggu. 
3)      Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator dari luar.
4)      Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam secara terus-menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubunganya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru.
7.      The syntematic action research model
Model kurikulum ini di dasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok sekolah dan masyarakat.Sesuai denagan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal :
a.       Hubungan insani
b.      Sekolah dan Organisasi masyarakat
c.       Wibawa dari pengetahuan propessiona.
Kegiatan pengumpulan data mempunyai beberapa fungsi antara lain :
a.       Menyiapkan data evaluasi tindakan.
b.      Sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi.
c.       Sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi.
d.      Sebagai bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.
8.      Emerging technical models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai nilai efisiensi  efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model model kurikulum. Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu diantaranya :
a.       The behavioral analysis model.
Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku atau pengakuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa  mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur  mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
b.      The system analysis model.
Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat belajar yang harus dikuasai oleh siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta pemikiran biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c.       The computer based model.
Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembanganya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan.
9.      Ralp Tyler
Dalam model ini, Tyler berupaya menjelaskan tentang pentingnya pendapat secara rasional, menganalis , menginteprestasi kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga pendidikan. Menurut Tyler, untuk mengembangkan kurikulum perlu memperhatikan objectives, instructonal strategic and content, organizing learning experiences,assesment and evaluation.
10.  K. Wheeler
Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya, dimana secara umum suatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah langkah sebelumnya telah diselesaikan. Langkah langkah atau phases Wheeler adalah alms goals and objective, selection of learning experince, selection of content, organization and integration of learning experinces and content.
11.  Audery dan Howard Nicholls
Mengembangkan suatu pendekatan yang tegas mencakup elemen elemen kurikulum dengan jelas tapi ringkas. Nicholis menitik beratkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya kebutuhan untuk kurikulum yang baru yang muncul dari adanya perubahan situasi.
Menurut Nicholls lima langkah atau tahap proses pengembangan secara kontinu :
a.       Situationnal an analysis
b.      Selection of objectivites
c.       Selection and organization of content
d.      Selection and organization of methods
e.       Evaluation
12.  Decker Walker
Walker berpendapat bahwa parab pengembang kurikulum tidak mengikuti pendekatan yang telah di tentukan dari urutan yang rasional dari elemen elemen kurikulum ketika mereka mengembangkan kurikulum. Lebih baik memprosesnya melalui tiga fase di dalam persiapan natural daripada kurikulum.
13.  Malcolm Skilbeck
Skilbeck mengembangkan suatu interaksi alternatif atau model dinamis bagi proses kurikulum.Menurutnya sekolah didasarkan pada pengembangan kurikulum(SBCD), sehingga skilbeck memberikan suatu model yang membuat pendidik dapat mengembangkan kurikulum secara tepat dan realistik.
Model dinamis atau interaktif (dynamic or interactive model) menetapakan bahwa pengembang kurikulum harus mendahulukan suatu elemen kurikulum dan memulainya dengan urutan yang telah ditentukan dan dianjurkan oleh model tasional.
Lima langkah agar School Based Curriculum Development  (SBCD) dapat bekerja secara efektif yaitu :
a.    Situation Analysis
b.    Goal Formulation
c.    Program Building
d.    Interprestation and Implementation
e.    Monitoring feedback assesment recondruction
14.  Kurikulum Terpadu
Kurikulum terpadu dasarnya pada pemecahan suatu problem yakni”problem sosial” (social problem) yang dianggap penting dan menarik bagi anak didik (Nasution, 1993; 145).Dalam melaksanakan kurikulum terpadu, disusunlah unit sumber (research unit) yang mencakup bahan (subject matter), Kegiatan belajar (learning activity) dan sumber sumber (resources)yang sangat luas.

D.    Kesimpulan
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas organisatoris, yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Pengembangan kurikulum merupakan proses yang kontinou, komprehensif, yang dilakukan secara sistematik. Pengembangan kurikulum yang ada, sebagaimana mengajar mulai dari identifikasi murid. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dengan berbagai sistem dan cara, dan dituangkan dalam berbagai model. Para ahli kuikulum sering mengembangkan model yang berbeda.Ada tiga pola organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan sebutan jenis-jenis kurikulum atau tipe-tipe kurikulum yang telah disebutkan diatas. Banyak-banyak model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum. Sehingga dalam pemilihan dalam suatu model pengembangan kurikulum haruslah memilih model yang banyak sisi kebaikanya, tetepi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.













DAFTAR PUSAKA

Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung :    PT Remaja Rosdakarya.
http://arisandi.com/pengertian-pengembangan Diakses tanggal 28 Maret 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar